Minggu, 20 Mei 2018

Teks Biografi

Perjalanan Karir Seorang Via Vallen


Maulidia Octavia atau yang lebih dikenal dengan nama Via Vallen merupakan seorang penyanyi yang berasal dari Jawa Timur. Via Vallen lahir di Surabaya, 1 Oktober 1990.
Via telah memulai karier di dunia tarik suara sejak berumur 15 tahun. Kemunculannya di dunia hiburan Indonesia sering dianggap mirip dengan Isyana Saraswati dikarenakan kemiripan wajahnya. Via memiliki penggemar dari berbagai kota yang diberi nama Vyanisty dan diresmikan pada tanggal 24 September 2010. Via kini bersolo karier dengan keluarnya single pertama Via dengan judul ‘Selingkuh’ yang pada awal tahun 2015 dan semakin membuat Via banyak dikenal oleh pecinta musik di tanah air.
Via merupakan anak dari pasangan Mohammad Arifin dan Rosida yang lahir pada 1 Oktober 1990. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Via Vallen sering ikut mendampingi ayahnya yang juga seorang musisi dangdut. Ayahnya sering manggung di acara hajatan di kampung-kampung. Via sendiri mulai menyukai dangdut saat kelas 2 SMP.
Sejak itu, ia tidak hanya menemani ayahnya, namun juga ikut tampil bernyanyi di atas panggung. Bahkan ia sempat ganti beberapa grup Orkes Melayu di tempat ia dibesarkan di Sidoarjo dan Surabaya, Jawa Timur. Via juga sempat menjadi vokalis grup band pop.
Tapi, berkat bimbingan ayahnya, via kembali ke jalur dangdut. Dangdut yang dipilihnya pun disesuaikan dengan keinginan Via sendiri. Via memilih dangdut bergenre pop koplo. Dalam bernyanyi dengan genre musik pop koplo, Via mengaku memiliki misi agar anak muda mencintai musik dangdut.
Pembawaan lagu dangdut koplo ini ternyata mendapatkan tempat di hati penggemarnya. Via memiliki banyak fans yang menamakan dirinya sebagai Vyanisti, Vyanisti diresmikan secara langsung oleh Via Vallen pada 24 September 2010.
Berkat penggemarnya, secara perlahan perjalan karier Via mulai sukses. Pada tahun 2015, di bawah naungan label Ascada Musik, Via Vallen memulai debut awal sebagai pedangdut solo dengan merilis single Selingkuh. Lagu dengan genre koplo tersebut mengantarkan namanya mulai banyak dikenal orang. Bahkan, video klip resmi lagu Selingkuh yang diunggah di YouTube sudah ditonton lebih dari 10 juta kali.
Kemudian, Via Vallen mulai muncul di stasiun televisi. Ia diundang sebagai bintang tamu, dan ia menjadi salah satu penyanyi yang ikut dalam tour Inbox SCTV ke beberapa kota di Indonesia. Sejak itu nama Via Vallen mulai dikenal sebagai Ratu Pop Dangdut Koplo. Di tahun 2017 ini, ia juga dinobatkan sebagai penyanyi dangdut Paling Ngetop dalam ajang SCTV Music Awards 2017.

Sabtu, 19 Mei 2018

Teks Biografi

Ahmad Fuadi

Ahmad Fuadi, seorang novelis dan motivator para remaja, lahir di Bayur, Maninjau Sumatera Barat, pada tanggal 30 Desember 1972. Ia mempunyai orang tua yang sama-sama berprofesi sebagai guru. Ibunya adalah seorang guru SD dan ayahnya seorang guru madrasah. Ia menghabiskan masa kecilnya dan bersekolah hingga Sekolah Menengah Pertama di Bayur.
Setelah lulus SMP, Ahmad Fuadi merantau ke Jawa untuk mematuhi permintaan dari ibunya untuk masuk sekolah agama. Ia memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Di Pondok tersebut ia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Selama menjalani hari-hari di KMI Pondok Modern Gontor, ia terbiasa mendengarkan radio yang berbahasa Arab dan bahasa Inggris.
Di Pondok tersebut Ahmad Fuadi mendapat nasehat dari guru-guru atau ustad-ustadnya, salah satunya adalah “man jadda wajada” yang artinya “barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan menemui kesuksesan”, serta ada sbuah kata yang selalu dia ingat bahwa “orang yang paling baik di antaramu adalah orang yang paling banyak manfaat”. Akhirnya pesan-pesan tersebut yang menjadi prinsip yang selalu ia pegang dalam hidupnya.
Pada tahun 1992, Ahmad Fuadi lulus dari KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Kemudian melajutkan kuliah Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, Bandung. Saat kuliah, ahmad fuadi pernah mewakili Indonesia mengikuti program Youth Exchange Program di Quebec, Kanada tahun 1995-1996. Di ujung masa kuliah di Bandung, Fuadi mendapat kesempatan kuliah satu semester di National University of Singapore salam program SIF Fellowship tahun 1997.
Tahun 1999, ia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama istrinya Danya, juga seorang wartawan dari majalah Tempo. Sambil kuliah mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of Amerika (VOA). Mereka pernah melaporkan secara langsung berita bersejarah peristiwa 11 September 2001 dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Pada tahun 2004, Fuadi mendapat beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway. University of London untuk sebuah bidang documenter. Ia juga pernah menjadi direktur komunikasi di sebuah NGO konservasi The Nature Conservacy sejak tahun 2007 hingga sekarang.
Ahmad Fuadi menguasai bahasa Inggris, Perancis, dan Arab sert pernah menerima penghargaan antara lain : Indonesian Cultural Foundation Inc. Award 2000-2001, Colombus School of Arts and Sciences Award, The George Washington University tahun 2000-2001, dan The Ford Foundation Award tahun 1999-2000.

Jumat, 11 Mei 2018

Teks Biografi

Habib Syech Abdul Qodir Assegaf (lahir di Kota Surakarta, 20 September 1961; umur 56 tahun)merupakan putra Habib Abdul qadir bin Abdurrahman Assegaf, seorang tokoh alim yg pernah berguru terhadap sejumlah habaib di Kota Surakarta yaitu Al Habib Anis bin Alwi al-Habsyi beliau juga adik kandung dari imam Masjid Jami' Assegaf di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta yaitu Al Habib Muhammad Jamal bin Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf. Beliau merupakan penyanyi sholawat religius bersama grup Ahbaabul Musthofa.
Habib Abdulqodir Abdurrahman Assegaf mempunyai 16 putra salah satunya Habib Syech. Profil Habib Syech memulai pendidikannya saat diberikan oleh guru besarnya sekaligus sebagai ayahanda tercintanya. Di saat itulah habib mendalami agama Islam dan akhlak luhur Nabi Muhammad Saw.

Semasa kecil, Habib Syech tidak pernah bermukim di sebuah pondok. Pendidikan Habib Syech lebih terjun ke masyarakat langsung melalui majelis taklim di masjid-masjid terutama Masjid Assegaf, Wiropaten, Pasar Kliwon, Solo.

Di situlah Habib kecil seusai Magrib menjelang Isya senantiasa istiqomah mengikuti halaqah keilmuan, belajar al Quran, membaca wirid-wirid bersama ayahanda tercinta. Di masjid Assegaf itu pulalah habib kecil dengan segala pengabdiannya menggunakan umur-umur SD- nya untuk berkhidmad membersihkan masjid, menyapu dan mengepel lantai masjid.
Bagaimanapun keadaannya, baik sehat maupun dalam kondisi sakit beliau tetap mengimami. “Masjid adalah ‘istriku’ yang pertama,” itulah yang diucapkan dari seorang ayah yang kini putranya menjadi pengemban dakwah akhlak Rosulullah Saw.

Kata-kata itulah yang muncul tulus dari seorang yang sangat mencintai masjid, rumah Allah yang senantiasa digunakan sholat lima waktu. Hingga akhirnya, saat ayahanda Habib Syech menjadi Imam, Allah memberikan kasih sayang dengan mengambil sang ayahanda saat sujud dalam shalat Jumat terakhir. Subhanallah, sebuah akhir yang menyejukkan.

Selain dari ayahanda tercintanya, Habib Syech juga mendapat lanjutan pendidikan dari paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf. Habib Ahmad adalah sosok yang berjasa dalam membangun mental Habib kecil. Pendidikan yang diberikan paman dari Hadramaut tersebut sangat berkesan bagi Habib Syech.

Pasalnya, sewaktu Habib Syech dibimbing Habib Ahmad, Habib Syech selalu dicaci, disalahkan meskipun Habib kecil waktu itu tidak melakukan kesalahan. Dalam pemaparannya, Habib kecil tidak tahu menahu mengenai sikap dari Habib Ahmad dalam membimbingnya. Bahkan, Habib kecil waktu itu hampir tidak kuat.

Ketika Habib kecil menghubungi salah satu teman yang mendampingi kedatangan pamannya ke Indonesia, barulah Habib Kecil menyadari bahwa apa yang dilakukan pamannya Habib Ahmad bin Andurrahman semata-mata hanya sebagai pembelajaran agar kedepannya Habib kecil menjadi sosok yang kuat secara mentalnya, sabar dan teguh dalam pendirian.

Begitulah pendidikan pamannya, perasaan kagum dan cinta kepada Habib kecil digunakan sebagai media pembelajaran akhlak.

Selain itu, pendidikan dan perhatian penuh juga diberikan Habib Syech dari Alm. Al Imam, Al Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsy seorang Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom al Habsyi. Berkat ketulusan, kesabaran dan kebesaran guru-gurunya itulah hingga saat ini Habib Syech masih setia menjalani dakwah mahabbaturrosul.

Seiring waktu berjalan, berkat keistiqomahan serta penyampaian komunikasi dakwah yang sederhana dan mudah dipahami, hingga saat ini terdapat lebih dari ribuan jamaah yang tergabung dalam Majelis Ahbabul Musthofa. Di majelis tersebut jamaah bersama-sama menyelami kisah-kisah rosul dan mengajarkan cinta kepada Allah lewat Rosulullah.

Surat Penawaran


PT SUMBER SLAMET
Alat elektronik
Alamat : Jln. Hayam Wuruk No. 45 Surabaya Phone (0852) 30765647
Email : sumberslamet@gmail.com

Nomor : 12/SS/2016                                                                                                                       22 september 2016
Hal          : Penawaran alat elektronik 

Yth. Manager PT. Pertiwi Indah
Jalan Merpati no. 44
Surabaya

Dengan hormat,
PT. SumberSlamet adalah sebuah perusahaan alat elektronik yang menyediakan berbagai alat elektronik.
Kami sudah berpengalaman puluhan tahun melayani pelanggan terutama perusahaan yang membutuhkan alat elektronik. Kami hanya menyediakan alat elektronik dengan kualitas baik.
Dalam rangka pembukaan cabang baru di kota sidoarjo, kami menawarkan harga khusus selama masa promosi bulan Oktober – November 2016. Jenis produk dan harga barang dapat dilihat pada brosur terlampir. Keterangan lebih lanjut hubungi customer service kami melalui nomor (0852) 30765647.percayakan kebutuhan perusahaan anda pada kami.
Demikian surat penawaran ini kami sampaikan. Atas kepercayaan anda kami meyampaikan terimakasih.
Hormat kami,
Marketing PT. Sumber Slamet


Mutiara kusuma

Kamis, 10 Mei 2018

Teks Biografi


HANAN ATTAKI



Ustadz Hanan Attaki, Lc. adalah seorang penceramah asal Aceh yang kini tinggal dan berdakwah di Bandung. Beliau lahir di Aceh, 31 Desember 1981 dengan nama Tengku Hanan Attaki. Beliau merupakan anak ke-5 dari 7 bersaudara. Pengalamannya mengenal al-qur’an secara lebih dekat diawali pada usia kanak-kanak.
Di dalam keluarganya, beliau adalah orang pertama yang dapat melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi dan pendidikannya pun di luar negeri. Sebelumnya, beliau adalah lulusan Pondok Pesantren Ruhul Islam Banda Aceh yang selanjutnya melanjutkan studi ke Kairo, Mesir. Perjalanan ke Mesir adalah awal beliau ke luar negeri dengan visa turis. Ketika beliau ditanya saat pengetesan apakah bisa membaca al-qur’an dan dijawab bisa, Ustadz Hanan Attaki bisa langsung masuk ke Al-Azhar dengan prioritas mendapat beasiswa.
Saat mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar Mesir, beliau menekuni fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Al-Qur’an hingga memperoleh gelar Licence (Lc) pada tahun 2004. Selama di Kairo, beliau juga pernah aktif sebagai pemred bulletin “Salsabila” yang diterbitkan oleh kelompok studi al-qur’an dan ilmu-ilmu islam yang dibimbing langsung oleh beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin.
Saat di Mesir, beliau juga pernah berbisnis, mulai dari menjual bakso, catering, hingga sempat menjadi ‘joki’ hajar aswad saat musim haji. Semua itu tentunya bermodalkan nekad, dan keyakinan kepada Allah SWT. Ustadz Hanan Attaki juga pernah menulis sebuah buku yang berjudul “Tadabbur Quran”. Dan di sini beliau bertemu dengan jodohnya. Istri Ustadz Hanan Attaki bernama Haneen Akira. Mereka berdua menikah ketika sama-sama menempuh pendidikan di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dan dari pernikahannya dengan Ustadzah Haneen Akira, lahirlah putri pertama mereka yang bernama Aisyah.
Sejak kembali dari negeri “seribu menara”, Ustadz Hanan Attaki bersama istri dan putri pertamanya (Aisyah) tinggal di Bandung. Dan di kota inilah beliau mulai terjun langsung dalam dunia dakwah, sebagai direktur Rumah Qur’an Salman-ITB, pengajar Jendela Hati (JH) dan STQ Habiburrahman. Di kota Bandung pula beliau mendirikan Gerakan Pemuda Hijrah pada bulan Maret 2015 yang kemudian menjadi saluran dakwahnya.
Selain menjadi founder pemuda hijrah dan mengajar di berbagai tempat, Ustadz Hanan Attaki kerap mengisi kajian mengenai islam di Masjid Trans Studio Bandung. Namanya semakin dikenal publik lantaran cara dakwahnya yang santai dan mampu merangkul semua kalangan, khususnya kawula muda. Bahkan, gaya berbusananya yang cassual membuat para remaja tertarik untuk belajar islam melalui dakwahnya.
Dalam setiap ceramahnya, beliau selalu membawakan konten-konten yang bisa menarik untuk kalangan anak-anak muda. Mulai dari bagaimana cara berhijrah, bagaimana menjadi muslim yang selalu mensyukuri nikmat Allah, menjelaskan janji-janji Allah di surga, dan serba-serbi keshalehan simbolik lainnya.
Apa yang disampaikan beliau dalam dakwahnya mendorong kalangan muslim untuk selalu memperbaiki diri dan berhijrah, mengajak untuk mengamalkan kehidupan yang islami. Dalam konten ceramahnya, simbol-simbol keislaman dalam perilaku sehari-hari menjadi sesuatu yang penting untuk diterapkan.
Salah satu ceramahnya yang pernah diterbitkan yaitu : “Harta yang syubhat dimanapun kita jungkir balik berdoa nggak akan sampai doa kita, nggak akan dikabulkan, kalau kita masih memiliki harta yang syubhat,” kata Ustadz Hanan.
Harta syubhat dikatakannya sebagai harta yang cara mendapatkannya kurang disukai oleh Allah. Harta yang sumbernya tidak jelas atau melalui jalan yang makruh.
“Jangan sampai harta syubhat menghalangi rezeki kita. Apalagi harta yang haram. Membersihkannya bagaimana? Salah satunya kalau ada sumber rezeki yang belum jelas kita sedekahin aja ke fakir miskin. Kalau ada bunga di rekening tabungan ambil lalu shadaqahkan ke fakir miskin. Ini fatwa dari ulama-ulama kontemporer saat ini,” tuturnya.
Sungguh sangat santai gaya dakwahnya dan sangat mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Dan itulah yang menjadi ciri khas Ustadz Hanan Attaki

Selasa, 24 April 2018

Teks biografi

Bob Sadino

Bambang Mustari Sadino (lahir di Tanjung Karang (sekarang Bandar Lampung),9 Maret 1933 – meninggal di Jakarta, 19 Januari 2015 pada umur 81 tahun) atau akrab dipanggil Bob Sadino, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat santai dengan mengenakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya sehari-hari.
Kehidupan awal
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Bob Sadino lahir pada 9 Maret 1939, namun sebenarnya Sadino lahir pada tanggal 9 Maret 1933. Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed. Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang , Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
 Karier pengusaha
Pekerjaan pertama yang dilakoni Bob Sadino setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan dengan upah harian Rp.100.
Suatu hari, seorang teman menyarankan Bob memelihara dan berbisnis telur ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik dan mulai mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual telur-telurnya dari pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam negeri belum populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli oleh ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang, serta beberapa orang Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri. Namun seiring berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin berkembang. Bob kemudian melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Selain memperkenalkan telur ayam negeri, ia juga merupakan orang pertama yang menggunakan perladangan sayur sistem hidroponik di Indonesia.Catatan awal tahun 1985 menyebutkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40-50 ton daging segar, 60-70 ton daging olahan, dan sayuran segar 100 ton


Kematian
Kondisi kesehatan Bob Sadino merosot setelah istrinya, Soelami Soejoed meninggal dunia pada Juli 2014 Setelah sempat dirawat selama dua pekan di Rumah Sakit Pondok Indah, pada19 Januari 2015, sore hari pkl. 18.05, Ia meninggal dunia karena sakit

Minggu, 22 April 2018

Biografi Tere Liye


Biografi Tere Liye




Tere Liye merupakan nama pena penulis novel Indonesia. Tere Liye lahir di Lahat, Indonesia, 21 Mei 1979 dengan nama Darwis. Tere Liye lahir pada 21 Mei 1979, ia merupakan anak dari seorang petani biasa yang tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Tere Liye adalah anak keenam dari tujuh bersaudara yang tumbuh di dalam keluarga sederhana. Kehidupan masa kecil yang dilalui dengan penuh kesederhanaan berhasil membuatnya menjadi orang yang tetap sederhana juga sampai sekarang.
Tere Liye menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Kikim, Sumatera Selatan. Setelah itu, pendidikan menengah atasnya di SMAN 9 Bandar Lampung. Pada saat menempuh pendidikan tinggi, ia merantau ke tanah Jawa dengan berkuliah salah satu universitas terbaik yakni Universitas Indonesia dan berkuliah di Fakultas Ekonomi. Riwayat pendidikannya mampu menggambarkan sosok orang yang mempunyai kecerdasan sehingga tidak heran jika karya-karyanya menjadi begitu fenomenal.
Dengan tampilan khas yang sering menggunakan kupluk dan baju casual, Tere Liye menyampaikan bahwa menulis baginya adalah sebuah hobi. Selain menjadi penulis ia juga diketahui menjalani rutinitas sebagai pekerja kantoran dengan menjadi seorang akuntan di sebuah perusahaan. Bahkan pekerjaan ini masih ia tekuni sampai saat ini.
Tentang kehidupan asmaranya juga tak terlalu banyak diketahui. Namun, sekarang ia telah menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Riski Amelia, dan dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai dua orang anak yaitu Abdullah Pasai dan Faizah Azkia. Sampai saat ini Tere Liye sudah menghasilkan banyak karya yang keseluruhan novelnya mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Bahkan beberapa novelnya sudah diangkat ke layar lebar dan menarik minat masyarakat Indonesia untuk menontonnya.
Diantaranya yaitu, Bumi (2014), Bulan (2015), Matahari (2016), Bintang (2017), Komet (coming soon), Hujan (2016), Pulang (2015), Rindu (2014), Pukat (2010), Burlian (2009), Eliana (2011), Amelia (2013), #AboutLove (2016), #AboutFriends (2017), Negeri Di Ujung Tanduk (2013), Sepotong Hati Yang Baru, Negeri Para Bedebah (2012), Berjuta Rasanya, Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah (2012), Sunset Bersama Rosie (2008), Kisah Sang Penandai (2007), Ayahku (BUKAN) Pembohong, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010), Hafalan Shalat Delisa (2005), Moga Bunda Disayang Allah (2005), Bidadari – Bidadari Surga (2008), Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2009), Dikatakan Atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta, Tentang Kamu (2016).

Teks Biografi

Perjalanan Karir Seorang Via Vallen Maulidia Octavia atau yang lebih dikenal dengan nama Via Vallen merupakan seorang penyanyi yang ber...