Biografi
Menteri Susi Pudjiastuti
Dr. (HC) Susi Pudjiastuti (lahir di
Pangandaran, 15 Januari 1965, kini beliau berusia 53 tahun. Keluarga Susi
termasuk keluarga kaya raya. Susi memiliki ayah bernama Suwuh (H. Ahmad Karlan)
dan seorang ibu bernama Suwuh Lasminah (Hj. Suwuh Lasminah) yang keduanya
sama-sama berdarah Jawa Tengah. Sementara kakek buyutnya adalah Haji Ireng yang
terkenal sebagai tuan tanah di daerahnya. Selama lima generasi, keluarga besar
Susi lahir dan hidup di Pangandaran. Keluarga Susi merupakan saudagar sapi dan
yang bekerja angon sapi di Jawa Barat. Sapi dan kerbau diperjualbelikan oleh
keluarga Susi dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan ke Jawa Barat. Meskipun
Susi berasal dari keluarga kaya raya, dia dikenal sebagai pribadi sederhana. Bakat
kepemimpinan dan kepandaiannya tumbuh sejak SD. Susi selalu mendapat nilai yang
unggul di kelasnya. Prestasi akademik Susi berlanjut sampai di jenjang SMP.
Setamatnya dari SMP, Susi melanjutkan ke SMA Negeri 1 di Yogyakarta.
Ketekunannya belajar terus berkembang sampai
di SMA. Semasa SMA inilah Susi muda banyak melahap buku-buku filsafat dan
politik. Karena Susi memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis, Susi yang unggul
di kelas harus keluar dari sekolahnya ketika ia duduk di kelas 2, dan juga
lantaran keaktifannya dalam Gerakan Golput. Saat itu usia Susi sekitar 17
tahun. Keputusan Susi ini memang bisa dibilang "gila" . Namun Susi
memiliki alasan yang kuat kenapa harus keluar dari sekolah "saya merasa
nggak happy saja. Untuk apa saya lanjutkan? Ini hidup saya. Saya ingin memutuskan sendiri hidup saya,"
ungkapnya menjelaskan pada keluarga. Sang ayah yang selama ini memanjakannya
dan membebaskan Susi membeli buku-buku menjadi amat marah. Hampir dua tahun,
keduanya tak saling bertegur sapa.
Karena Susi sudah keluar dari sekolah, ia
kemudian memutuskan untuk bekerja. Susi menjual perhiasannya dan mengumpulkan
modal Rp.750.000 untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran pada tahun 1983.
Modal Rp 750.000 ditambah dengan keterampilan dan keuletan, membuatnya mampu
menguasai pasar Cilacap dalam setahun. Keberhasilannya didorong oleh
keikutsertaannya sebagai peserta lelang. Ia menaksir harga dengan cepat,
memperkirakan calon pembeli, dan membeli ikan-ikan yang di lelang.
Pada tahun 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan
ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster
yang diberi merek "Susi Brand." Pemasarannya meluas hingga ke
mancanegara. Karena masa segar lobster tidak bertahan lama,
maka ia memerlukan transpotasi yang lebih cepat yaitu transportasi udara.
Maskapai SUSI AIR, Pada 2004 Susi memutuskan
membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp 20 miliar menggunakan pinjaman bank.
Melalui PT ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya
pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar
tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang.
Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air. Dua hari setelah gempa
tektonik dan tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat Sumatera pada 26
Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi
bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah
terisolasi.
Hanya dalam 10 tahun, Susi Air sudah memiliki
40 pesawat dengan beragam jenis. Jenis-jenis pesawat tersebut; Grand Caravan
208B, Piaggio Avanti II, Pilatus Porter, dan Diamond DA 42. Beberapa bagian
gede pesawat ini dioperasikan di daerah luar Jawa seperti Papua dan Kalimantan.
Maskapai ini menjelajah beberapa wilayah dalam NKRI. Bahkan sampai wilayah yang
jarang terjamah seperti Cilacap, Pangandaran, Nusa Tenggara, Ambon, dan
lain-lain. Bisnis di bidang maskapai penerbangan Susi AIR, terhitung sampai
tahun 2012, memiliki 46 pesawat dengan berbagai tipe seperti Cessna Grand
Caravan, Pilatus PC-06 Porter dan Piaggio P180 Avanti. Susi Air mempekerjakan
179 pilot, dengan 175 di antaranya merupakan pilot asing. Tahun 2012 Susi Air
menerima pendapatan Rp. 300 Miliar dan melayani 200 penerbangan perintis.
Dalam kehidupan pribadinya, Susi Pudjiastuti
sempat dua kali bercerai dan kemudian menikah dengan Christian von Strombeck.
Dari pernikahan-pernikahannya, ia memiliki tiga orang anak, Panji Hilmansyah,
Nadine Kaiser (dari pernikahannya dengan Daniel Kaiser), dan Alvy Xavier. Susi
Pudjiastuti ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja
Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yang ditetapkan secara resmi pada 26 Oktober 2014.
Sebelum dilantik, Susi melepas semua posisinya di perusahaan penerbangan Susi
Air dan beberapa posisi lainnya, termasuk Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti
yang bergerak di bidang perikanan serta PT ASI Pudjiastuti Aviation yang
bergerak di bidang penerbangan untuk menghindari konflik kepentingan antara
dirinya sebagai menteri dan sebagai pemimpin bisnis.
Dari atas pesawat pribadinya, Susi tahu persis
kehancuran hutan di Jawa Barat. Dia juga tahu illegal logging di Kalimantan dan
Papua. Susi juga menyimpan foto-foto kapal asing yang menggunakan bendera
Indonesia dengan menyewa kapal perusahaan-perusahaan lokal. Kapal besar itu
mengonsumsi solar 10-30 ton. Maka, Susi tidak hanya menyoroti pencurian ikan
besar-besaran oleh asing, tetapi juga pencurian solar bersubsidi. Sehingga
setelah is menjadi menteri, hanya butuh beberapa hari untuk melakukan sebuah
gebrakan besar yang ditorehkan dengan memunculkan ide menenggelamkan kapal
sebagai sanksi sosial dan hukuman akibat mencuri ikan di perairan Indonesia.
Keberanian dan ketangkasannya sudah terbentuk
sejak awal berbisnis. Tahun 2008 ia telah mengembangkan bisnis aviasinya dengan
membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying
School. Susi pun pernah menjadi Ketua Umum bidang Unit Kerja Masyarakat Kecil
(UMKM) di Kamar Dagang (Kadin) Indonesia. Sehingga bukan hal yang baru bagi Susi
untuk melakukan terobosan-terobosan segar dalam melaksanakan tugasnya mengurusi
luas lautan yang melingkari NKRI. Susi yang penuh dengan prestasi akademik
sewaktu di sekolah dulu, mendorong dirinya untuk memberikan beasiswa untuk 10
putra terbaik Indonesia.
Berikut jabatan yang diduduki Susi
Pudjiastuti:
1. CEO of PT. ASI Pudjiastuti (Marine).
2. CEO of PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi
Air).
3. CEO of PT ASI Pudjiastuti Flying School
(Susi Flying School).
4. CEO of PT ASI Geosurvey.
5. Board of Advisor of HNSI (Himpunan Nelayan
Seluruh Indonesia).
6. Independent Environmental Activist.
7. Ketua Komite Pembangunan UKM Kadin
Indonesia
Berikut penghargaan yang diterima Susi
Pudjiastuti:
1. People of The Year 2013; by MNC Group
Newspaper (Koran Sindo), 2014.
2. Award For Innovative Achievements,
Extraordinary Leadership and Significant Contributions to the Economy; APEC
Women and the economy summit (WES),
3. U.S; by APEC, 2011.
4. Ganesha Widya Jasa Aditama Award; by
Institut Teknologi Bandung, 2011.
5. The Indonesian Small & Medium Business
Entrepreneur Award; by Ministry of Cooperative & SMEs, 2010.
6. Sofyan Ilyas Award, by Ministry of Marine
Affair and Fisheries, 2009.
7. The Best Indonesia Berprestasi Award; by
PT. Excelcomindo Pratama, 2009.
8. Saudagar Tatar Sunda, by KADIN of West
Java, 2008.
9. Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak
Pembangunan, by Governor of West Java, 2008.
10. Award for Economics, Inspiring Woman Award
for Economics; by Metro TV, 2006.
11. Pelopor Ekspor Ikan Laut; by Governor of
West Java, 2005.
12. Young Entrepreneur of the Year; by Ernst
and Young Indonesia, 2005.
13. Primaniyarta Award for Best Small &
Medium Enterprise; by President of RI, 2005.
14. Pelopor Wisata; by West Java Department of
Culture & Tourism, 2004.
15. Purwa Citra Priangan, Peningkatan
Kehidupan Nelayan; by Pikiran Rakyat, 2004.
Susi Pudjiastuti yang menjabat sebagai Menteri
Kelautan dan Perikanan (2014-2019) menunjukkan totalitasnya dalam dunia usaha
mandiri dengan berbagai penghargaan yang diterima. “Dunia tidak kejam kok. Saya
percaya. Yang penting kita harus jujur, kerja keras, menepati apa yang sudah
kita janjikan.” Inilah pesannya pada anak bangsa. “Hidup hanya sebentar, saya
tak mau kehilangan waktu saya. Saya katakan, apabila dia tidak bisa
memperlakukan dengan baik pada saya, maka akan ada orang lain menggantikan
tempatnya”, ungkap sang putri laut (julukan dari mantan suaminya Daniel Kaiser)
mengutip prinsip yang dilakukannya dalam menjalankan bisnis selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar